Sebagian orang yang sudah putus asa tidak bisa mendapatkan anak merasa sudah semua jalan ditempuh, ke dokter, ke ahli herbal bahkan ke dukun (wal’iyadzu billah). Semua metode dan terapi sudah ditempuh, akan tetapi hasil nihil. Akan tetapi jangan putus asa dulu, bisa jadi sebab-sebab syar’i untuk mendapatkan anak belum ditempuh. Berikut pembahasannya
Memahami sebab syar’i dan sebab qadari dalam rezeki
Sebab syar’i: sebab ditunjukkan dengan dalil A- Qur’an atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa menjadi penyebab. Walaupun tidak atau hanya belum terbukti secara ilmiyah, penelitian dan logika sebagi sebab sesuatu. Contohnya hadits,
إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِيْ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ ثُمَّ لِيَطْرَحْهُ فَإِنَّ فِيْ إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَفِيْ الآخَرِ شِفَاءً
“Apabila lalat jatuh di bejana salah satu diantara kalian maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat penawarnya” [HR. Bukhari]
Dahulunya, kita hanya percaya penuh sebagai sebab syar’i saja karena hadits ini dengan penjelasan ulama tidak di-ta’wil maknanya, ia adalah makna yang sesungguhnya. kita beriman terhadap hadists dengan keimanan yang sempurna. Kemudian Alhamdulillah, ada berita bahwa sudah dilakukan penelitian bahwa hal tersebut benar, sehingga menjadi sebab syar’i dan qadari.
Sebab qadari: yaitu sunnatullah, pengalaman, logika dan penelitian ilmiah itu terbukti sebagai sebab memperoleh hasil. Dan sebab qodari ada yang dengan cara halal/benar dan ada juga yang haram. Contohnya:
-sebab qadari yang halal/benar misalnya api itu membakar, rajin belajar bisa rangking satu
-sebab qadari yang haram: mencuri bisa membuat kaya
Dan kebanyakan manusia yang belum punya pemahaman, hanya mengambil sebab qadari saja dan jarang menempuh sebab syar’i. Begitu juga dengan mereka yang belum mempunyai anak.
memahami bahwa anak juga merupakan rezeki
Mungkin ada yang hanya memahami rezeki itu hanya harta, tetapi rezeki itu lebih luas termasuk di dalamnya harta, jodoh, ilmu, anak dan lain-lain. Bisa diperhatikan doa ketika mengumpuli istri,
بسم الله اَللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami.” [HRBukhari no. 141, 3271, 3283, 5165, Muslim no. 1434]
Zainuddin Muhammad Al-Mad’u Al-Qohiri rahimahullah berkata menjelaskan hadist ini,
أي أبعده عنا (وجنب الشيطان ما رزقتنا) من الأولاد أو أعم… وفيه أن الرزق لا يختص بالغذاء والقوت بل كل فائدة أنعم الله بها على عبد رزق الله فالولد رزق وكذا العلم والعمل به
“Yaitu, menjauhkannya dari kami [jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami] berupa anak-anak .. kandungan dalam hadist ini bahwa rezeki tidak hanya khusus [terbatas]pada makanan saja, bahkan semua kenikmatan yang Allah berikan adalah rezeki dari Allah. Maka anak adalah rezeki, demikian juga ilmu dan mengamalkan ilmu.” [Faidhul Qadiir Syarh Al-jaami’ Ash-Shaagir 5/306, Al-Maktabah At-Tijariyah, Mesir, Cet. Ke-1, 1356 H, Asy-syamilah]
Jadi, pemahaman dan pernyataan seperti, “saya kaya dan sudah dapat rezeki yang banyak, tetapi belum punya anak juga, percuma kekayaan ini”, adalah kurang tepat. Ini yang perlu diperbaiki bersama, sehingga sebaiknya mereka yang belum memiliki anak tetap melakukan usaha-usaha yang bisa mendatangkan rezeki, berupa sebab syar’i dan sebab qadari.
Mengambil sebab syar’i memperoleh rezeki berupa anak
1.Berdoa dan tidak pernah merasa putus asa
Doa itu sempurna karena dialah inti dari ibadah yaitu memohon dan bergantung kepada Allah. Bahkan kita dianjurkan agar memohon kepada Allah segala sesuatu dalam hidup kita sampai perkara remeh sekalipun. Dan senantiasa selalu berdoa mememinta rezeki berupa anak di waktu dan tempat yang mustajab. Misalnya menjadikan doa yang selalu diucapkan ketika sholat lima waktu.
Kemudian jangan pernah berputus asa dan berhenti berdoa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم، ما لم يستعجل، قيل: يا رسول الله وما الاستعجال؟ قال: يقول قد دعوت وقد دعوت فلم أر يستجيب لي، فيستحسر عند ذلك ويدع الدعاء رواه مسلم.
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?. Beliau bersabda: “Orang yang berdoa ini berkata: Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” [HR. Muslim dan Abu Daud]
2.Perbanyak istigfar di manapun, kapanpun dan di sela-sela waktu senggang
Allah Ta’ala berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارا
“Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu”. [Nuh: 10-12.]
Imam Al-Qurthubi rahimahullah menukil dari Ibnu Shubaih dalam tafsirnya , bahwasanya ia berkata,
شَكَا رَجُلٌ إِلَى الْحَسَنِ الْجُدُوبَةَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا آخَرُ إِلَيْهِ الْفَقْرَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَقَالَ لَهُ آخَرُ. ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَرْزُقَنِي وَلَدًا، فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا إِلَيْهِ آخَرُ جَفَافَ بُسْتَانِهِ، فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. فَقُلْنَا لَهُ فِي ذَلِكَ؟ فَقَالَ: مَا قُلْتُ مِنْ عِنْدِي شَيْئًا، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي سُورَةِ” نُوحٍ”
”Ada seorang laki-laki mengadu kepadanya Hasan Al-Bashri tentang kegersangan bumi maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”, yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” yang lain lagi berkata kepadanya,”Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!” maka beliau mengatakan kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” Dan yang lain lagi mengadu tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan pula kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” Dan kamipun menganjurkan demikian kepada orang tersebut Maka Hasan Al-Bashri menjawab:”Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri.tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh [ayat 10-12].” [Jami’ Liahkamil Quran 18/302, Darul Kutub Al-Mishriyah, kairo, cet. Ke-2, 1348 H, Asy-Syamilah]
Kemudian hadits shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”
“Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka” [HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh Hakim serta Ahmad Syakir]
Dan hendaknya bagi mereka yang menginginkan rezeki berupa anak memperbanyak istigfar sela-sela waktu, ketika naik kendaraan, ketika menunggu, ketika berjalan dan lain-lainnya.
3.Memperbanyak shadaqah
Dengan memperbanyak shadaqah khususnya rezeki kita berupa harta, maka diharapkan kita akan mendapatkan rezeki-rezeki yang lainnya. Salah satunya adalah anak. Sesuai dengan kaidah dalam agama kita,
الحزاء من جنس العمل
“Balasan sesuai dengan perbuatan”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”. [ Al-Baqarah: 245]
4.Melakukan amalan-amalan lainnya yang bisa memperlancar rezeki
Berupa taubat, takwa, tawakkal kepada allah, menghadirkan hati di hadapan allah ketika beribadah, mengikutkan haji dengan umrah, silaturahim, memberi nafkah kepada seseorang yang menghabiskan waktunyamenuntut ilmu agama, berbuat baik kepada orang-orang lemah berhijrah di jalan allah. dan amalan ibadah yang lainya.
Demikian, semoga bermanfaat
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel www.kesehatanmuslim.com