Tanya :
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((إن الله تعلي إذا أحب قوما ابتلاهم … ))
“Sesungguhnya jika Allah ta’ala mencintai suatu kaum, maka ia akan menguji mereka …”
Pertanyaannya: Apakah setiap orang yang terkena musibah menunjukkan bahwa dirinya mendapatkan cinta Allah? Dan bagaimanakah membedakan antara orang yang mendapatkan musibah dengan sebab dosanya dikarenakan dosa mendatangkan berbagai musibah dan antara orang yang terkena musibah karena diuji seperti konflik contohnya dan berbagai musibah lainnya. Bagaimana kita mengetahui bahwasanya hal ini termasuk dosa atau termasuk ujian? Berikan fatwa kepada kami, apakah orang-orang demikian mendapatkan pahala?
Jawab:
Berbagai musibah seluruhnya disebabkan dosa-dosa, berdasarkan firman Allah ta’ala:
(( وَ مَا أَصَابَكُمْ مّن مُصِيبَة فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَ يَعفُوا عَن كَثشيرٍ))
“Dan segala musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura: 30)
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
(( ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَ الْبَحرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدي النّاسِ لِيُذِيٌقَهُم بَعْضَ اللَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ))
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). “ (Ar-Rum: 41)
Di sisi lain, bagi orang yang beriman, dalam sebuah musibah terdapat kebaikan, karena dengan musibah tersebut Allah membersihkan dosa-dosa dan menutup kesalahan-kesalahan, sehingga dia keluar dari dunia tanpa dosa sedikitpun, seperti dijelaskan dalam sebuah hadits. Hal ini menunjukkan cinta Allah terhadap orang yang beriman. Sesungguhnya Allah membersihkan dosa-dosa orang yang beriman di dunia sampai ia mendatangi akhirat dalam keadaan bersih, maka ia masuk ke dalam surga. Adapun bagi orang kafir, maka Allah mempertahankan dan menganugerahkan berbagai nikmat kepadanya sebagai istidraj (penangguhan hukuman-ed) baginya. Dikarenakan Allah tidak mencintainya, maka Allah memberikan istidraj baginya dengan berbagai nikmat agar menambah kekufuran dan kemaksiatannya sampai ia mendatangi hari kiamat dengan dosa-dosanya, dan ia berada di dalam neraka. Wal ‘iyadzu billah.
Dijawab oleh Syaikh Shalih Al Fauzan hafidzahullah
*****
Diambil dari kitab Jaami’u Fatawa At Thabib wal Maridh
Penerjemah : Rahadian Faisal (Dokter Muda Fakultas Kedokteran UGM)