Kedokteran Modern dan Thibbun Nabawi pada Pengobatan Tuberkulosis Paru

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr +

Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit peradangan kronik jaringan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis complex. Hingga saat ini, penyakit TB paru terus menjadi tantangan kesehatan global dengan tingkat kesembuhan yang masih bervariasi pada masing-masing individu. Standar pengobatan TB paru adalah menggunakan terapi Obat Anti-Tuberkulosis (OAT) yang mengacu kepada panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Standar pengobatan ini terbukti memberikan manfaat besar pada kesembuhan penderita TB paru. 

OAT (Obat Anti Tuberkulosis) merupakan istilah yang digunakan untuk beberapa obat antibiotik yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis. Beberapa jenis OAT lini pertama yaitu rifampisin, isoniazid, pyrazinamide, dan ethambutol. Prinsip OAT mencakup terapi kombinasi beberapa OAT digunakan bersamaan untuk mengurangi risiko resistensi obat dan meningkatkan efektivitas pengobatan. Cara pengobatan OAT pada TB paru ini adalah dengan konsumsi tablet Kombinasi Dosis Tetap (KDT) sesuai dosis setiap pagi hari selama 2 bulan (fase intensif) kemudian dilanjutkan 4 bulan (fase lanjutan) atau sesuai anjuran dokter spesialis paru. Pedoman ini didasarkan pada penelitian ilmiah terkini, uji klinis, dan pengalaman klinis dalam pengobatan TB oleh para ahli di banyak negara. 

Bukti Ilmiah Kedokteran Modern Tidak Bertentangan dengan Thibbun Nabawi

Penelitian ilmiah belakangan ini oleh Nurdin dan Hasan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya menemukan bahwa pengobatan OAT dan suplementasi jintan hitam (Nigella sativa) atau yang dikenal dengan habbatus sauda pada pengobatan klasik (thibbun nabawi) secara signifikan terbukti memberikan hasil kesembuhan yang lebih baik daripada pengobatan OAT tanpa suplementasi jintan hitam. Pada penelitian tersebut, pasien TB paru dewasa tanpa komorbid yang menjalani pengobatan OAT sesuai dosis dan suplementasi habbatus sauda kapsul minyak dengan dosis 2x500mg setiap hari secara teratur sesuai anjuran dokter ahli menunjukkan hasil evaluasi perbaikan laboratorium (dahak) dan penanda imun (darah) yang lebih baik dibanding pasien TB paru pengobatan OAT tanpa suplementasi habbatus sauda.

Dari banyak penelitian terkait, ditemukan bahwa kandungan kimia habbatus sauda terdiri atas bermacam zat yang bermanfaat sebagai obat. Diantara kandungan yang telah  diketahui  memiliki  peran secara farmakologis adalah thymoquinone dan asam linoleate. Kandungan thymoquinone yang terdapat pada habbatus sauda memiliki mekanisme imunomodulator yang berfungsi untuk memperbaiki dan menstimulasi  kembali sistem imun sehingga dapat mempercepat  respons  kesembuhan dan mengurangi risiko penularan. Namun, penting menjadi perhatian bahwa penggunaan habbatus sauda pada kasus ini adalah bersifat tambahan saja. Penggunaan habbatus sauda tidak dapat menggantikan terapi OAT yang sudah terbukti secara ilmiah. 

Berikut diatas adalah salah satu dari banyak bukti medis yang mendukung antara metode pengobatan kedokteran modern dan metode thibbun nabawi dalam penanganan TB paru. Bukti ilmiah ini dapat membantah pandangan keliru yang mengatakan bahwa pengobatan kedokteran modern yang bersumber dari negara-negara barat dengan pengobatan klasik thibbun nabawi adalah bertentangan. Bahkan bukti ilmiah ini menunjukkan bahwa kedua metode pengobatan ini dapat dikombinasikan dalam penanganan suatu penyakit

Selain aspek pengobatan, pentingnya pencegahan penyakit menular juga diupayakan oleh kedokteran modern dan thibbun nabawi. Upaya pencegahan penyakit TB paru dalam kedokteran modern seperti penggunaan masker saat infeksius, isolasi jika mungkin diperlukan, vaksinasi BCG, skrining TB pada populasi risiko tinggi, hingga Terapi Pencegahan TB (TPT). Hal ini juga sejalan dengan thibbun nabawi yang menekankan pentingnya menjaga kebersihan diri, rumah, lingkungan, menjaga kesehatan dan menghindari pajanan terhadap sumber infeksi. Oleh karena itu, baik dalam thibbun nabawi maupun dalam kedokteran modern sama-sama memberikan upaya dalam pencegahan penyakit menular seperti tuberkulosis.

Dalam kesimpulannya, ada banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kedokteran modern tidak bertentangan dengan thibbun nabawi. Kedua pendekatan ini dapat memberikan manfaat dalam aspek pencegahan hingga pengobatan penyakit. Penting untuk dipahami bahwa pendekatan medis modern dan prinsip thibbun nabawi dapat diintegrasikan untuk memberikan perawatan yang komprehensif bagi pasien. Dengan demikian, upaya kolaboratif antara kedua pendekatan ini dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam penanganan penyakit.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Baarakallaahu fiikum.

Saudaramu

Bayu Aulia Riensya

@Kesehatan Muslim

  1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis, Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2011; h. 1-64.
  2. Nurdin A, Hasan H. Pengaruh  Jintan  Hitam  (Nigella  Sativa)  pada  Konversi  Sputum  dan IFN-γ Penderita Tuberkulosis Paru yang Mendapat OAT Kategori I pada Akhir Minggu Kedua Fase Intensif JR Vol. 1 No. 3. 2015; 73-80.
  3. ElKadi A, Kandil O. Effect of Nigella sativa (the black seed) onimmunity. Proceeding of 4thInternational Conference on IslamicMedicine, Kuwait. Bull Islamic Med 1986; 4: 344-8.
  4. https://muslimafiyah.com/kedokteran-modern-dan-thibbun-nabawi-tidak-bertentangan-bahkan-bisa-dikombinasikan.html
Share.

Leave A Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.