Mencegah Gigitan Ular

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr +

Di Indonesia, salah satu penyebab gangguan kesehatan bahkan kematian adalah ular. Masih banyak wilayah di Indonesia yang dihuni oleh berbagai spesies ular. Ular tidak hanya ditemukan di area hutan. Tak jarang, ia ditemukan di kebun, sawah, atau saluran air di sekitar pemukiman.

Secara garis besar ular dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu ular berbisa dan ular tidak berbisa. Keduanya sering ditemui di Indonesia. Ular tidak berbisa menyerang mangsanya dengan lilitan. Adapun ular berbisa -sesuai namanya- dapat membahayakan manusia dengan bisanya.

Kekuatan bisa ular pun bermacam-macam. Termasuk yang sering ditemui di Indonesia ialah ular berbisa mematikan.

Sebelum membicarakan langkah pencegahan dari gigitan luar, ada baiknya kita memahami bahaya gigitan ular, khususnya bisa ular.

Bahaya Bisa Ular

Secara umum, bisa ular memiliki salah satu sifat dari dua sifat berikut, yaitu : neurotoxic dan hemorrhagic.

Racun yang bersifat neurotoksik menyerang sistem saraf korban. Akibatnya dari rasa kebas, kesemutan, kelumpuhan, hingga gagal nafas. Adapun racun hemorrhagic memicu perdarahan di berbagai organ tubuh. Salah satu efek fatal ialah apabila terjadi perdarahan di otak. Kedua jenis racun tersebut dapat menyebabkan kematian.

Contoh ular dengan bisa neurotoksik adalah ular kobra (Naja sputatrix) dan ular weling (Bungarus candidus). Adapun contoh ular hemorrhagic adalah ular tanah (Calloselasma rhodostoma).

Menghindari Gigitan Ular di Pemukiman

Sebenarnya ular berbisa tidak memiliki kecenderungan untuk menyerang hewan besar atau manusia. Ular melakukan penyerangan ketika merasa terancam. Perlu diperhatikan bahwa terdapat keadaan yang meningkatkan kemungkinan kontak antara ular dan manusia. Ketika terjadi hujan deras -apalagi banjir- air dapat menggenangi lubang tempat tinggal ular. Hal ini membuat ular terpaksa keluar dari sarangnya untuk mencari tempat yang lebih nyaman. Pada musim panen kontak ular dengan manusia juga meningkat. Di waktu sebelum subuh dan setelah matahari terbenam juga merupakan waktu yang rawan. Kondisi-kondisi tersebut perlu diwaspadai.

Untuk menghindari risiko gigitan ular, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan:

Dalam hal desain rumah :

  1. Hindari penggunaan atap jerami yang langsung memikili akses ke ruangan rumah.
  2. Dinding rumah, dari bahan apapun, harus rapat tertutup. Jika terdapat lubang yang cukup besar di dinding rumah, lakukan penutupan segera. Pastikan pula kusen dan daun pintu maupun jendela dapat tertutup rapat.
  3. Berikan penerangan yang cukup di sekitar rumah yang sering dilalui oleh penghuni rumah.

Berkaitan dengan kebersihan lingkungan rumah:

  1. Bersihkan lingkungan sekitar rumah dari barang-barang bekas. Jika membutuhkan gudang sebaiknya dijauhkan dari bangunan utama rumah.
  2. Hilangkan sarang hewan seperti rayap dan tikus. Adanya tikus menarik kedatangan ular.
  3. Potong rumput agar tidak terlalu tinggi, usahakan agar permukaan tanah tetap tampak.
  4. Potong ranting-ranting pohon yang menjulur ke dalam rumah.

Hindari hal-hal berikut:

  1. Berjalan di atas tanah dalam kondisi gelap, khususnya saat atau setelah hujan.
  2. Memegang ranting pepohonan tanpa mengetahui apa yang ada di ranting tersebut.
  3. Memasukkan jari ke dalam lubang tanah atau sela bebatuan tanpa memastikan keamanan di dalamnya.
  4. Masuk ke kolam atau perairan yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan.

Di dalam rumah, tutuplah makanan dan bersihkan sisa-sisa makanan. Makanan mengundang tikus ke dalam rumah. Tikus adalah mangsa ular. Maka adanya sisa makanan ataupun makanan yang tidak tertutup secara tidak langsung mengundang ular.

Sebaiknya tidur di atas tempat tidur (dipan) yang tidak menempel dengan lantai. Ular weling adalah ular yang sering menggigit manusia saat tidur. Banyak gigitan yang terjadi pada manusia yang tidur di alas yang langsung menempel lantai. Ular tersebut masuk ke ruang tidur, biasanya karena mengejar mangsanya. Saat ia merasa terancam oleh orang yang tidur, maka ularpun menggigitnya. Gigitan ular weling tidak begitu menyakitkan. Namun, bisanya mematikan. Maka tak jarang orang yang digigit ular saat tidur ditemukan sudah meninggal pada pagi harinya.

Jika Tergigit Ular

Gigitan ular yang berbahaya ialah gigitan ular berbisa. Bekas gigitan ular berbisa biasanya tampak sebagai dua titik yang berdampingan. Namun jika Anda tidak dapat memastikan bahwa ular yang menggigit tidak berbisa, perlakukan sebagai ular berbisa. Pertolongan pertama yang perlu dilakukan ialah sebagai berikut.

  1. Prioritaskan untuk mengamankan dan menolong korban, jangan fokus menangkap atau membunuh ular.
  2. Berusahalah untuk mengenali jenis ular atau -jika memungkinkan- memfotonya. Informasi tentang jenis ular cukup berguna untuk pertolongan selanjutnya.
  3. Tenangkan korban.
  4. Berikan penekanan langsung pada luka gigitan. Gunakan benda yang lunak namun padat dan halus untuk menekan luka gigitan. Letakkan benda di atas luka, lalu fiksasi dengan tali atau yang sejenis. Penekanan ini berguna untuk menghambat peredaran racun ke pembuluh darah.
  5. Lakukan imobilisasi anggota tubuh yang terkena gigitan ular. Jika ular menggigit kaki korban, pasang bidai untuk membatasi gerakan kaki. Korban tidak boleh berjalan. Adanya gerakan mempercepat penyebaran racun di pembuluh darah.
  6. Segera antar korban ke fasilitas peayanan kesehatan. Berikan antinyeri jika memungkinkan.

Jika korban mengalami kesemutan, kebas, darah terus mengalir, atau bengkak di area gigitan, maka semakin besar kemungkinan ular yang menggigit telah menyuntikkan bisanya. Sesampainya di fasilitas pelayanan kesehatan, sampaikan jenis ular yang menggigit, lingkungan sekitar rumah (lokasi digigit ular), dan berbagai gejala yang dialami setelah digigit ular.

Referensi

WHO, 2016, Guideline for the Management of Snakebites, India: WHO Regional Office for South-East Asia.

Share.

Leave A Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.