Virus hepatitis E merupakan salah satu penyebab penyakit hepatitis akut (infeksi pada organ hati atau liver). Selain virus hepatitis E, kita juga mengenal virus hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C dan virus hepatitis D.
Virus hepatitis non-A dan non-B
Pada zaman dahulu, ilmu kedokteran hanya mengenal virus hepatitis A dan B. Ketika itu, terdapat wabah penyakit kuning dalam jumlah yang sangat besar (sekitar 29.000 pasien) di India pada era tahun 1950-an. Karakteristik penting wabah tersebut adalah angka kematian yang sangat tinggi pada wanita hamil. Ketika dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi virus hepatitis A dan B, ternyata hasilnya negatif. Karena virus penyebab belum teridentifikasi, ketika itu para ilmuwan memberi nama patogen penyebab wabah tersebut dengan nama virus hepatitis non-A dan non-B.
Virus hepatitis E baru ditemukan pada tahun 1991. Setelah penemuan itu, berbagai macam koleksi sampel wabah zaman dahulu pun diperiksa kembali apakah wabah virus non-A dan non-B tersebut disebabkan oleh virus hepatitis E. Dan ternyata berbagai wabah tersebut memang benar disebabkan oleh virus hepatitis E. Pada saat ini, wabah virus hepatitis E terutama terjadi di kamp-kamp pengungsian di Afrika, karena akses sanitasi yang buruk.
Virus hepatitis E: penyebab terbanyak hepatitis akut
Data-data epidemiologis dari seluruh dunia menunjukkan bahwa virus hepatitis E merupakan virus terbanyak penyebab infeksi akut pada liver, lebih tinggi dibandingkan virus hepatitis A dan B. Virus hepatitis E menular melalui sumber air dan makanan yang terkontaminasi.
Pada umumnya, seseorang yang terinfeksi virus hepatitis E dapat sembuh sendiri dan tidak menimbulkan komplikasi berat. Oleh karena itu, obat-obatan anti-virus spesifik juga tidak dibutuhkan. Akan tetapi, perhatian penting perlu diberikan kepada kelompok ibu hamil. Karena jika terinfeksi virus ini, angka kematian mencapai 20-30% dan juga menimbulkan komplikasi serius pada ibu maupun janin yang dikandung.
Virus hepatitis E menyebabkan infeksi kronis pada pasien dengan gangguan sistem imunitas
Pada awalnya, ilmuwan mengira virus hepatitis E hanya menyebabkan hepatitis akut. Akan tetapi, berbagai laporan dari negara-negara maju semakin banyak menunjukkan bahwa virus hepatitis E dapat menyebabkan infeksi kronis. Infeksi kronis virus hepatitis E (menetap lebih dari 6 bulan) terutama dijumpai pada pasien dengan sistem imunitas yang lemah (imunosupresi). Misalnya pasien-pasien organ transplantasi yang mengkonsumsi obat-obatan untuk menekan sistem imunitas. Juga pada penderita kanker. Berbeda dengan negara berkembang, penularan virus hepatitis E di negara maju terutama melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi virus hepatitis E.
Pencegahan infeksi virus hepatitis E
Saat ini, pencegahan utama penularan virus hepatitis E adalah dengan menjaga kebersihan sumber air minum dan makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Vaksin untuk mencegah virus hepatitis E sudah ditemukan oleh para ilmuwan di Cina (nama paten: Hecolin). Namun, penggunaannya masih terbatas di Cina karena produsesn vaksin tersebut belum lolos standar pre-kualifikasi yang ditetapkan oleh WHO sehingga belum bisa mendistribusikan vaksin produksinya ke luar negeri.
***
Diselesaikan menjelang shalat Jumat, 14 Jumadil tsani 1439/ 2 Maret 2018
Oleh seorang hamba yang sangat butuh ampunan Rabb-nya,
Penulis: dr. M. Saifudin Hakim, MSc.
Referensi:
Hakim MS, Wang W, Bramer WM, Geng J, Huang F, de Man RA, Peppelenbosch MP, Pan Q. The global burden of hepatitis E outbreak: A systematic review. Liver International 2017; 37(1): 19-31.
Hoofnagle JH, Nelson KE, Purcell RH. Hepatitis E. N Engl J Med 2012; 367: 1237-1244.