Minum Obat Jantung Bikin Rusak Ginjal, Mitos atau Fakta?

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr +

Oleh dr. Abdiyat Sakrie, Sp.JP

Nephrotoxic drugs adalah istilah untuk obat-obatan yang berpotensi merusak ginjal. Obat tersebut dapat merusak ginjal dengan berbagai mekanismenya. Dalam terapi penyakit jantung mayoritas pasien diminta minum obat jangka panjang atau bahkan seumur hidup. Tidak jarang pasien beranggapan obat-obatan yang harus dikonsumsi tersebut akan merusak ginjalnya dikemudian hari. Terlebih lagi pasien harus mengkonsumsi lebih dari 1 atau 2 jenis obat dalam sehari. Anggapan tersebut kemudian membuat sebagian pasien berhenti minum obat atau beralih ke obat-obatan herbal. Benarkah anggapan tersebut, berikut penjelasannya. 

  1. Jenis obat penyakit jantung bervariasi dan memiliki efek yang berbeda 

Penyakit jantung adalah penyakit kronis yang membutuhkan terapi jangka panjang. Terapi tersebut guna mencegah penurunan fungsi jantung lebih lanjut. Ada berbagai penyakit jantung yang membutuhkan terapi obat jangka panjang seperti, penyakit jantung koroner, penyakit katup janung, gagal jantung, atrial fibrilasi, hipertensi, penyakit jantung bawaan dan penyakit arteri atau vena. 

Masing-masing penyakit membutuhkan obat yang berbeda. Tidak sama efeknya terhadap ginjal. Sehingga anggapan seluruh obat jantung dapat merusak ginjal adalah kurang tepat. 

  1. Obat jantung diberikan sesuai indikasi dan kondisi masing-masing pasien

Pemilihan terapi jantung tidak sama antara satu pasien dengan pasien lainnya. Karena penyakit jantung merupakan penyakit yang lebih banyak dialami oleh usia tua, maka pertimbangan kondisi pasien secara keseluruhan sangat penting dilakukan. Selain usia, penyakit penyerta lainnya seperti diabetes melitus, penyakit liver, gagal ginjal, dan  status cairan tubuh juga menjadi pertimbangan. Sangat mungkin dengan penyakit jantung yang sama seseorang mendapat terapi yang berbeda dengan pasien lainnya.

Terapi obat yang diberikan dokter sudah melalui analisis dan pertimbangan manfaat dan kerugian yang akan didapatkan. Sehingga, tidak perlu membandingkan satu terapi dengan terapi lainnya karena bisa jadi hal tersebut yang paling baik untuk Anda. 

  1. Obat jantung menjaga fungsi ginjal

Terdapat hubungan yang erat antara jantung dan ginjal. Pompa jantung yang terganggu akan menyebabkan  penurunan fungsi ginjal dan begitu pula sebaliknya. Penyakit jantung yang tidak diobati akan mengalami penurunan fungsi pompa jantung. Jantung akan membengkak dan darah tidak dapat dipompa secara optimal. Tekanan darah yang menurun menuju ginjal akan menyebabkan filtrasi glomerulus ginjal menurun pula. Kemampuan produksi urin juga terganggu lalu cairan akan menumpuk dalam tubuh. Cairan itulah yang kemudian semakin membebani kerja jantung dalam memompa.

Sehingga terapi obat jantung yang tepat merupakan usaha untuk melindungi ginjal. 

  1. Obat jantung memiliki efek samping ginjal

Obat golongan penyekat angiotensin converting enzyme (ACEi),  blokade reseptor angiotensin  (ARB), mineralocorticoid receptor antagonists (MRA), kombinasi sacubitril dan valsartan yang dikenal dengan penyekat angiotensin receptor/neprilysin  (ARNI) dan golongan diuresis adalah obat-obatan yang digunakan luas untuk terapi hipertensi dan gagal jantung. 

Aspirin, clopidogrel dan statin merupakan obat yang sering digunakan bagi penderita penyakit jantung koroner. 

Sistem renin angiotensin aldosteron merupakan target utama terapi gagal jantung. Terapi diatas wajib diberikan kepada penderita gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang menurun. Obat ini mengatur hemodinamik di pembuluh darah termasuk di ginjal. Dokter akan memantau dan mengevaluasi fungsi ginjal terutama pada saat awal pemberian terapi. Kemudian pada saat meningkatkan dosis obat. Penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan peningkatan angka kreatinin atau hiperkalemia akan menjadi acuan dokter dalam menyesuaikan dosis obat. Ingat, bukan menghentikannya, namun menyesuaikan dosisnya. 

Disamping itu aspirin dapat menyebabkan chronic interstitial nephritis, clopidogrel menyebabkan thrombotic microangiopathy dan statin menyebabkan rhabdmyolysis. Efek samping tersebut terjadi pada sebagian kecil pasien.  

Image by holdendrils from Pixabay
  1. Minum vs tidak minum obat

Menghentikan terapi tanpa konsultasi terlebih dahulu kepada dokter merupakan tindakan yang kurang bijaksana. Ketika Anda merasa khawatir dengan pengobatan yang Anda konsumsi hendaknya bertanya dan diskusi dengan dokter Anda. Menanyakan indikasi dan efek samping obat kepada dokter bukan tindakan yang memalukan. Justru Anda berhak mendapatkan informasi sedalam mungkin mengenai obat yang Anda konsumsi. 

Membaca informasi obat-obatan di internet sangat perlu dilakukan. Namun kebingungan dan keraguan Anda dalam memahami dan mencocokkan dengan kesehatan Anda, Anda tetap membutuhkan dokter yang mengeti tubuh Anda. 

Demikian. Semoga bermanfaat. 

Share.

About Author

Dokter umum lulusan FK Universitas Gadjah Mada 2008 - Ma'had Al Ilmi Yogyakarta 2010 - Tim Kesehatan Peduli Muslim

Leave A Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.