D. Bagaimana penyakit difteri dapat terjadi?
Sebagaimana makhluk hidup lainnya yang memiliki habitat , bakteri penyebab penyakit Difteri juga memiliki habitat yakni di alam, terutama tanah dan dalam tubuh manusia tepatnya saluran pernafasan atas manusia seperti tenggorokan dan kulit. [1]
Bakteri ini sebenarnya tidak berbahaya karena tidak mampu untuk menghasilkan toksin/racun. Namun, setelah terinfeksi virus yang merubah DNAnya, bakteri ini berubah menjadi bakteri toksigenik.[2]
Ketika bakteri ini berpindah habitat ke tubuh manusia dan dalam kondisi tertentu, toksin bakteri ini yang merupakan protein enzim dikeluarkan sehingga berinteraksi dengan sel tubuh manusia khususnya saluran pernafasan atas dan kulit.
Interaksi tersebut berupa:
- Menempelnya toksin dengan bagian khusus dari sel
- Masuknya toksin ke dalam sel melalui bagian khusus tersebut.
- Di dalam sel, toksin menonaktifkan/mencegah proses sintesis (pembentukan) protein selular sehingga mengakibatkan kematian sel [3]
Toksin bakteri penyebab penyakit Difteri juga dapat menyebar dalam tubuh. Dari penyebaran ini, toksin dapat berinteraksi dengan sel-sel tubuh dari organ dalam, diantaranya adalah sel-sel jantung dan sel-sel saraf motorik.
Kematian sel dalam skala besar pada saluran pernafasan atas terutama faring/tenggorokan akan mengakibatkan munculnya jaringan yang tampak putih dan menutup saluran pernafasan sehingga penderita akan merasakan sulitnya bernafas.
Kematian sel dalam skala besar pada jantung akan mengakibatkan gagal jantung. [4]
Kematian sel dalam skala besar pada jaringan saraf motorik akan mengakibatkan kelumpuhan pergerakan tubuh seperti kelumpuhan tangan dan kaki serta otot rangka lainnya. [5]
Kematian seseorang yang menderita penyakit Difteri disebabkan oleh sumbatan dalam saluran pernafasan. Sumbatan tersebut mencegah masuknya oksigen ke dalam paru-paru dan mencegah karbon dioksida keluar dari paru-paru. [6]
E. Bagaimana gambaran penyakit Difteri Di Indonesia?
Insyaallah akan dibahas di bagian ketiga. bersambung
Referensi :
[1] Medical Bacteriology, Abilo Tadesse and Meseret Alem, Univercity of Gondar, 2006 page 206
[2] Patrick Guilfoile. Deadly Diseases and Epidemics: Diphtheria. 2009. hal: 47
[3] Ibid hal 52
[4] Havaldar PV, Sankpal MN, Doddannavar RP. Diphtheritic myocarditis: clinical and laboratory parameters of prognosis and fatal outcome. Ann Trop Paediatr. 2000 Sep. 20(3):209-15.
[5] Holmes RK. Diphtheria, other corynebacterial infections and Anthrax. Principles of Internal Medicine. 2001. 1:909-912.
[6] http://www.who.int/