Virus Zika: Virus “Baru” di Indonesia?

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr +

Kurang lebih satu tahun yang lalu, dunia dikejutkan dengan wabah virus Zika yang pertama kali dilaporkan di Brazil pada bulan April 2015. Wabah ini kemudian menyebar ke negara-negara di sekitarnya di kawasan Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Virus ini disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, nyamuk yang banyak berkembang di wilayah tropis, termasuk Indonesia. Virus Zika pertama kali ditemukan pada tahun 1947 dari daerah hutan tropis Zika (Zika Forest) di Uganda, Afrika.

Pada bulan Mei 2016, muncul publikasi dari Indonesia yang melaporkan deteksi virus Zika pada 1 dari 103 sampel pasien yang berasal dari Jambi [1]. Sampel-sampel tersebut diperoleh pada periode bulan Desember 2014 – April 2015 ketika terjadi wabah demam berdarah (dengue) di Jambi.

Setelah muncul laporan ini, masyarakat pun resah bahwa virus Zika ternyata sudah “masuk” ke Indonesia. Dan ada salah paham bahwa virus Zika adalah “virus baru” di Indonesia. Itu artinya, Indonesia harus bersiap menghadapi wabah yang sama. Apalagi dengan pemberitaan massa yang bersifat massif ketika itu.

Padahal, kalau kita mengecek laporan dan publikasi yang sudah ada, virus Zika paling tidak sudah dideteksi (secara serologis) pada era tahun 1980an. Infeksi virus Zika telah dilaporkan pada tujuh pasien (dari total 219 sampel pasien) di Rumah Sakit Tegalyoso Klaten (sekarang bernama RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro). Sampel tersebut diperoleh pada tahun 1977 dan 1978 [2]. Laporan ini menunjukkan bahwa virus Zika bukanlah virus baru di Indoensia. Laporan terdahulu juga menunjukkan bahwa virus ini tidak menyebabkan kematian.

Kewaspadaan memang senantiasa diperlukan, akan tetapi jangan sampai menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan. Pencegahan bisa dilakukan dengan menghindari nyamuk pembawa virus Zika, sebagaimana pada kasus demam berdarah yang dibawa oleh nyamuk yang sama [3]. Sampai saat ini, 48 negara telah melaporkan wabah virus Zika sejak tahun 2015. Indonesia pun memiliki potensi untuk ikut terkena dampak wabah tersebut [4].

Penulis: M. Saifudin Hakim

Referensi:

[1] Perkasa A et al. Isolation of Zika virus from febrile patients, Indonesia. Emerging Infect Dis 2016; 22(5): 924-5.

[2] Olson JG et al. Zika virus: a cause of fever in Central Java, Indonesia. Trans R Soc Trop Med Hyg 1981; 75(3): 389-93.

[3] http://ugm.ac.id/id/berita/11146-masyarakat.tidak.perlu.khawatir.virus.zika

[4] http://www.who.int/emergencies/zika-virus/situation-report/21-july-2016/en/


Share.

About Author

Lulus dari Fakultas Kedokteran UGM tahun 2009. Pada tahun 2013, menyelesaikan program pascasarjana (S2) di Research Master of Infection and Immunity, Erasmus Medical Center (EMC), University Medical Center Rotterdam, Belanda. Dosen di Bagian Mikrobiologi FK UGM. Alumni Ma’had Al-‘Ilmi, Yogyakarta.

Leave A Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.